« Home | Hari Antikorupsi Internasional » | Kangen dengan "Pemahaman nenek Lu!" » | Koruptor Bermental Pengemis » | Meniup 1 April sepanjang hari » | Maaf saya korupsi » | Menjaring calon » | Embun pagi di pojok Surabaya » | Rai gedhek, muka tembok seperti beton » | Perilaku buruk pengendara motor » | DPRD DKI, Gubernur dan Taman Kanak-kanak » 

Saturday, December 23, 2017 

Jakarta dengan 1001 masalah



Sejak jaman dahulu Jakarta dijuluki Ibukota dengan 1000 (seribu)  masalahnya, mulai dari kemiskinan juga macet hingga banjir tahunan. Banyak orang yang meragukan untuk menata Jakarta menjadi seperti Ibu Jari yang gagah mendongak ke atas, tetapi Jakarta memang harus selalu berbenah agar julukan 1000 masalah bisa terkikis menjadi 100 masalah atau hanya 10 saja.

Jakarta memang memiliki APBD paling tinggi, seharusnya masalah kemiskinan, macet apalagi banjir bisa teratasi dengan baik. Dan itu sudah di perlihatkan semenjak Jakarta masih berusia 486 yang belum Pentium, dengan menata birokrasi yang praktis, membendung aliran dana siluman dan yang pasti Pemerintahan yang Anti Korupsi.

Jakarta menjadi kota terbaik di usia ke-487 tahun dengan kota modern yang tertata rapi menjadi Jakarta Baru, bersih serta membangun budaya masyarakat perkotaan yang toleran. Terbaik karena Pemimpinnya bekerja dengan sungguh-sungguh dan mengetahui apa yang harus dikerjakan. Jakarta waktu itu langsung melejit dengan kecepatan Prosesor Core generasi terbaru.

Teringat dengan Gubernur yang fenomenal dalam melakukan inspeksi mendadak (Sidak) yaitu menata kinerja Pegawai Negeri Sipil Pemerintah DKI Jakarta menjadi lebih profesional, melakukan sesuatu secara objektif, dan bertanggung jawab atas pekerjaannya. Kecepatan bekerja memang dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk mendapatkan hasil yang baik, bukan dengan kata-kata.

Memoles Kota menjadi lebih baik memang tidak semudah membalik tangan, membutuhkan proses yang lama dengan biaya yang tidak sedikit dan itu harus dikerjakan bertahap, terarah, tegas dan tentunya harus ada perubahan yang lebih baik. Bukan sebaliknya, ada perubahan tetapi tidak menjadi lebih baik.

Pemimpin yang baik pastinya memiliki fokus dan perhatian terhadap detail yang dijalankannya, mengetahui masalah, bersikap jujur, melayani, menjadi komunikator yang baik serta yang paling utama memiliki track record yang baik. Kalau pernah korupsi... ya pastinya tidak akan bersikap jujur, apalagi sikap melayani (pastinya minta dilayani).

Jakarta itu kaya, banyak duitnya makanya kalau sampai warganya miskin itu kebangetan, sungainya kotor pastinya memalukan, sering kebanjiran halah jangan menyalakan nasib. Untuk itu diperlukan pemimpin yang jujur agar duit yang notabene punya warga tidak habis dikorupsi, itulah gunanya Penjaga uang rakyat yang selalu mengawasi.

Tahun baru 2018 sebentar lagi, Jakarta harus semakin baik hingga lima tahun kedepan bukan sebaliknya. Kata engkong saya dulu yang rada pikun pernah berkata  "Kalau Tidak Bisa Membangun, Janganlah Merusak".

Semoga Jakarta tidak memiliki julukan baru dengan 1001 masalah karena Pemimpinnya.
Karena jaman Ahok "Penjaga uang rakyat yang selalu mengawasi", nah Jaman Now,  rakyatlah yang mengawasi Penjaganya.




Labels: ,